Tadi malam aku menapaki gang menuju lapangan bola di kampung ini, kampung yang masih kental adat budaya nya, Negeri Dolog namanya. bersama dengan kakak ku, kami menuju pasar malam yang dihelat dari semalam dan rencananya berakhir sehari setelah tahun baru. seperti biasanya di bulan desember, hujan sudah menjadi sahabat bagi warga di daerah tropis, sama halnya dengan malam ini, Tuhan memberikan rezeki lewat sapaan air hujan. Terima kasih Tuhan.
Kutatap lekat sekelilingku, memandangi mata yang heran memandangi kami berdua yang berjalan beriringan. apa yang salah? itulah pertanyaan yang terlintas di hatiku mengingat sedari kami mulai masuk gang, melewati warung bakso, tempat parkir dan rumah yang banyak ibu ibu sedang membicarakan hal yang penting (mungkin) untuk kemajuan negeri ini menatap kami penuh tanya. tak kuhiraukan. aku yang memang jarang sekali pulang ke kampung ini, dan jika pulang pun, rute yang kutempuh hanya "rumah-ladang-rumah-kedai kopi adan-rumah-medan" yg kutempuh dalam 2 hari,setelah itu kembali ke rutinitas biasanya, kuliah. kakakku adalah anak gadis berusia 23 tahun, parasnya cantik, rambutnya hitam lurus. tubuhnya tidak terlalu tinggi, dan sekarang bekerja sebagai guru di sekolah dasar di kampung tetangga.
Setelah kami sampai di pelataran pasar malam, kupandangi sekeliling, hanya ada beberapa jenis permainan disini, tong setan, rumah hantu, lempar gelang, kuda putar, perahu goyang, mandi bola, jungkat-jungkit dan baling-baling. tak seperti di tahun lalu, di tahun ini juga pengunjung tak ramai, mungkin dikarenakan hujan, namun mungkin juga dikarenakan kondisi ekonomi yang merosot, tingginya harga sembako dan bbm. namun menurutku ini lebih dikarenakan sedikitnya hasil panen kebun dan sadapan karet. bagaimana tidak, cuaca yang tak menentu ditambah abu vulkanik dari gunung sinabung menjadi penyebab utama menurunnya hasil panen di kamPung ini. hal iti jugalah yang membuat anak-anak yang merengek tadi tidak dibolehkan orang tuanya pergi ke pasar malam. karena yang kutau, bahkan untuk membeli beras saja, ibunya tadi berhutang di warung kelontong depan rumahku. akh, kasihan anak itu, tidak bisa menikmati wahana permainan ini.
Kakakku menarik tanganku yang sedari tadi bingung, menuju salah satu kerumunan yang menurutku itu adalah teman-temannya. kuperhatikan, ditambah kakakku, mereka ada ber-7, kuperhatikan lagi hanya kakakku yang mungkin "tanpa persiapan" melangkah kemari. beberapa mereka sudah "siap" untuk kemari, dan sebagian lain hanya biasa biasa saja. apa pula ini, aku harus bergabung dengan perempuan perempuan, tolonglah, izinkan saya pulang.
Hujan semakin deras, aku mengutuki kakakku yang tak tahu, atau lebih tepatnya tak mau tahu gestur yang kuperlihatkan. ia kemudian mengajakku menikmati wahana baling-baling, kami kemudian membayar karcis menaiki salah satu kamarnya kemudian meluncur. kebosanan yang terjadi adalah saat ia yang mengajakku naik malah berteriak histeris tak jelas. Menggelengkan kepala, hanya itu yang bisa kulakukan. Selama 6 menit didalam itu serasa didalam ruang mesin di PTPN III Sei mangke, bising luar biasa. kami pun turun.
Setelah turun, burgggh. aku ditabrak dari belakang, kupandangi manusia mungil ini, bukankah ini anak kecil yang menangis tadi? sedang apa dia? dengan balutan kemeja berwarna merah jambu yang sudah kusam dan celana pendek berwarna merah jika kutebak itu pasti celana sekolah miliknya. kupandangi kebawah, kaki yang penuh dengan Lumpur yang sudah kering dan kaki yang sedikit bersisik beralas sendal merk Swall*w. kupandangi lagi ia ke puncak tubuhnya, rambut yang basah diterpa hujan gerimis, dan terlihat kusam, kupastikan ia tadi tidak mandi, atau jika mandi pun tak mengenakan shampo.
aku membantunya berdiri,
"lain kali hati hati yaa"
"ia paman", jawab nya lirih.
kemudian bergegas lari mengejar temannya yg entah kemana. aku pun menyusul kakakku di wahana lempar gelang yang mungkin menjadi wahana terakhir kami setelah wahana wahana yang lain yang sudah kami jalani. kudekati mereka, berbisik bisik, entah apa yang mereka bicarakan. seperti biasanya, aku tidak terlalu peduli dengan pembicaraan perempuan. sampai kudekati mereka dan mungkin mereka tidak sadar aku telah begitu dekat, dan mendengar bisikan gadis centil disebelah kakakku,
"itu pacar mu kak? kenalkan la" pintanya
"kepala kau itu, adekku itu ya! hahaha" jawab kakakku sekenanya.
entah apa yang kupikirkan, aku yang mendengar itu langsung berkata,
"kak, ayo pulang!"
tanpa banyak protes ia mengabulkan permohonanku. baru kusadari, mungkin mereka yang memandangi tadi juga mengira kami berdua adalah pasangan kekasih, ibu ibu tadi juga mungkin menambahkan kami sebagai bahan cerita. dan pemuda-pemuda kampung sebelah yang tadi petantang-petenteng di parkiran dan bergaya sok keren tadi mungkin ingin mencuri perhatian kakakku yang mungkin telah lama mereka incar. setibanya aku, aku yang tak mereka tahu darimana berasal, tak pernah mereka temui di kampung ini, membawa kakakku dengan gampang dan santainya berduaan tanpa amukan dari kedua orangtua kam.
Akh, Pasar Malam
Silakan Kunjungi Artikel Tajen Online
BalasHapusManfaat Singkong Untuk Ayam Aduan
Manfaat Buah Naga Untuk Sabung Ayam
Dan dapat Hubungi Kontak Whatsapp Kami +62-8122-222-995